Senin, 09 Agustus 2021

Covid-19 Bikin Paranoid, Kenapa?

Covid-19 Bikin Paranoid, Kenapa?

Saya menerima kabar terkait ini Surat Cinta dari UPT Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah pada Sabtu malam, 31 Juli 2021. Bahwa saya harus menjalani isolasi, pasalnya berdasarkan hasil Swab PCR pada Jumat 30 Juli 2021 bahwa saya positif terpapar Covid-19.

Secara fisik, saya tidak merasakan gejala seperti yang banyak diberitakan media massa, plus berbagai cerita ‘horror’ kondisi pasien covid yang banyak beredar di media sosial. Secara psikis saya tetap tenang, sampai saya harus menghindar dari istri dan anak-anak, demi menjaga mereka agar tidak ikut terpapar.

Saat itu juga, usai menerima telepon dari kawan, bahwa saya di vonis positif. Saya langsung berkemas menuju pusat karantina di ruang auditorium DPW Partai NasDem Sulawesi Tengah. Berkumpul Bersama beberapa kawan yang telah menjalani karantina, serta yang juga baru menerima kabar sesama positif.

baca :

Manfaat Minyak Kayu Putih dan Mic Bagi Penyintas Covid-19

Malam itu juga, ada notifikasi whatsapp yang setelah saya buka ternyata sudah ada grup ‘Pejuang Negatif’ tempat berbagi informasi dan saling memantau sesama positif. Hingga akhirnya WAG ‘Pejuang Negatif’ itu dinyatakan bubar pada Minggu 8 Agustus 2021, share lebih didominasi ‘Sudah Makan?’ – ‘Mau makan apa?’.. dan sesekali masuk video lucu.

Yah, begitulah sesama pasien dalam berkomunikasi, dengan bercanda.

Obat…? Tidak ada obat. Karena memang belum ada obat khusus Covid-19, yang banyak adalah vitamin C dosis 1000 gram berbagai kemasan. Serta vitamin D. Kemudian jadwal olahraga, serta makanan dan asupan nutrisi yang disiapkan Tim Satgas Covid-19 DPW NasDem Sulawesi Tengah, yang tidak hanya bekerja melayani pasien karantina, tetapi juga setiap saat siap sedia melayani antar jemput masyarakat yang membutuhkan ambulance. Baik untuk pasien/jenazah covid ataupun pasien/jenazah umum.

Untuk kami, yang menjalani karantina di auditorium DPW NasDem Sulteng, nyaris tidak mengalami atau merasakan berbagai gejala seperti yang banyak beredar di media sosial. Tetapi kami mendengar kabar ada kawan, pengurus partai yang menolak dirujuk ke rumah sakit, meski sudah nampak ‘KRITIS’.

“Kalau mati biar saya mati di rumah saja,” begitu kata kawan itu seperti diceritakan kawan salah satu fungsionaris partai.

Kami berkesimpulan, kenapa dia tidak mau dibawa ke rumah sakit karena kondisinya yang telah berat. Pertama karena dalam pikirannya bukan untuk sembuh, tetapi siap mati. Sehingga dia tidak memiliki semangat untuk hidup, pikiran itulah sebenarnya yang memperparah kondisinya.

Kenapa? Sejak awal kemunculan virus Covid-19  yang dulunya dikenal dengan nama Corona, di Propinsi Wuhan, China; bertebaran pula narasi-narasi pun video-video. Narasi benar dimentahkan dengan asumsi tak berdasar, baik oleh netizen maupun tokoh, kebanyakan justru tokoh agama. Missal, corona adalah tentara Tuhan dan sebagainya.

Hingga Sebagian public lebih mempercayai narasi tendensius tak mendasar dan tak memiliki dasar pengetahuan di bidangnya.

Video yang benar diedit sedemikian rupa menjadi bahan lelucon, makian bahkan propaganda untuk kepentingan politis. Hingga virus ini sudah menjalar ke Indonesia, narasi negative lebih mendominasi di ruang-ruang public media sosial. Celakanya narasi negative terus disebarkan direproduksi sedemikian rupa, dan membangun asumsi negatif baru berupa perlawanan Sebagian masyarakat terhadap kebijakan upaya pemerintah untuk menghentikan penyebaran dan penularan virus, celakanya lagi dibungkus dengan Bahasa agama.

Ketika virus meledak, dan pemerintah nyaris kewalahan persebaran virus, lahirlah narasi dari berbagai pihak untuk tidak percaya terhadap pemerintah yang sangat politis, ditengah situasi genting.

Inilah kebiadaban sebenarnya, Ketika beberapa politisi dan underbow partai politik bergerak membangun keputus asaan masyarakat terhadap situasi krisis, untuk kepentingan politik praktis. Alih-alih terlibat, berempati dan membantu penyintas, mereka justru berupaya memperkeruh suasana.

Sebenarnya, merekalah para pihak yang jauh lebih bahaya dari virus Covid-19 itu.

thumbnail
Judul: Covid-19 Bikin Paranoid, Kenapa?
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh

Artikel Terkait Kesehatan :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy